STERILISASI
A. Pengertian
Steril adalah suatu
keadaan dimana suatu zat bebas dari mikroba hidup, baik yang patogen (menimbulkan penyakit) maupun apatogen / non patogen (tidak
menimbulkan penyakit), baik dalam bentuk vegetatif
(siap untuk berkembang biak) maupun dalam bentuk spora (dalam keadaan statis,
tidak dapat berkembang biak, tetapi melindungi diri dengan lapisan pelindung
yang kuat).
Tidak semua mikroba dapat
merugikan, misalnya mikroba yang terdapat dalam usus yang dapat membusukkan
sisa makanan yang tidak terserap oleh tubuh. Mikroba yang patogen misalnya Salmonella typhosa yang menyebabkan
penyakit typus, E. Coli yang
menyebabkan penyakit perut.
Sterilisasi adalah
suatu proses untuk membuat ruang / benda menjadi steril. Sedangkan sanitasi adalah suatu proses untuk
membuat lingkungan menjadi sehat.
B.
Tujuan
Suatu Obat Dibuat Steril
Tujuan obat dibuat steril
(seperti obat suntik) karena berhubungan langsung dengan darah atau cairan
tubuh dan jaringan tubuh yang lain dimana pertahanan terhadap zat asing tidak
selengkap yang berada di saluran cerna / gastrointestinal,
misalnya hati yang dapat berfungsi untuk menetralisir / menawarkan racun
(detoksikasi=detoksifikasi).
Diharapkan dengan steril dapat
dihindari adanya infeksi sekunder. Dalam hal ini tidak berlaku relatif steril
atau setengah steril, hanya ada dua pilihan yaitu steril dan tidak steril.
Sediaan farmasi yang perlu
disterilkan adalah obat suntik / injeksi, tablet implant, tablet hipodermik dan
sediaan untuk mata seperti tetes mata / Guttae
Ophth, cuci mata / Collyrium dan
salep mata / Oculenta.
C.
Cara
Sterilisasi Menurut Fl.ed.III
1.
Cara
A (pemanasan secara basah : otoklaf pada suhu 115o-116o
selama 30 menit)
2.
Cara
B (dengan penambahan bakterisida)
3.
Cara
C (dengan penyaring bakteri steril)
4.
Cara
D (pemanasan kering; Oven pada suhu 150o selama satu jam dengan udara panas)
5.
Cara
Aseptik
D.
Cara
Sterilisasi Menurut Fl.ed. IV
1.
Sterilisasi
uap
2.
Sterilisasi
panas kering
3.
Sterilisasi
gas
4.
Sterilisasi
dengan radiasi ion
5.
Sterilisasi
dengan penyaringan
6.
Sterilisasi
dengan cara aseptic
E.
Cara
Sterilisasi secara umum
1.
Dengan
pemanasan secara kering
2.
Dengan
pemanasan secara basah
3.
Dengan
penambahan zat-zat tertentu
4.
Dengan
cara penyinaran
5.
Dengan
penyaring bakteri steril
6.
Dengan
sterilisasi gas
7.
Dengan
cara aseptik
Pemilihan cara sterilisasi, harus mempertimbangkan beberapa hal seperti berikut :
1.
Stabilitas
: sifat kimia, sifat fisika, khasiat, serat, struktur bahan obat tidak boleh
mengalami perubahan setelah proses sterilisasi.
2.
Efektivitas
: cara sterilisasi yang dipilih akan memberikan hasil maksimal dengan proses
yang sederhana, cepat dan biaya murah.
3.
Waktu
: lamanya penyeterilan ditentukan oleh bentuk zat, jenis zat, sifat zat dan
kecepatan tercapainya suhu penyeterilan yang merata.
1. Sterilisasi dengan pemanasan secara kering
Ciri-ciri pemanasan kering :
1. Yang dipanaskan adalah
udara kering
2. Proses pembunuhan mikroba
berdasarkan oksidasi O2 udara
3. Suhu yang digunakan lebih
tinggi, kira-kira 150o. Satu gram udara pada suhu 100o,
jika didinginkan menjadi 99o hanya membebaskan 0,237 kalori.
4. Waktu yang diperlukan lebih
lama, antara 1 jam sampai 2 jam, kecuali pemijaran.
5. Digunakan untuk sterilisasi
bahan obat / alat yang tahan pemanasan tinggi.
Contoh :
a.
Sterilisasi
panas kering
Menurut Fl.ed. IV
Sterilisasi cara ini
menggunakan suatu siklus Oven modern yang dilengkapi udara yang dipanaskan dan
disaring. Rentang suhu khas yang dapat diterima di dalam bejana sterilisasi
kosong adalah lebih kurang 15o, jika alat sterilisasi beroperasi
pada suhu tidak kurang dari 250o.
Sterelilisasi kosong adalah
lebuh kurang 15º, jika alat sterilisasi beroperasi pada suhu tidak kurang dari
250º.
Menurut FI. Edisi III cara D
Pemanasan secara kering ; Oven
pada suhu 150º selama satu jam dengan udara panas.
Alat:
Oven yaitu lemari pengering
dengan dinding ganda, dilengkapi dengan termometer dan lubang tempat keluar
masuknya udara, dipanaskan dari bawah dengan gas atau listrik.
Bahan / alat yang dapat
disterilkan dengan cara kering
Alat-alat dari gelas (gelas
kimia, gelas ukur, pipet ukur, erlemeyer, botol-botol, corong), bahan obat yang
tahan pemanasan tinggi (minyak lemak, vaselin).
b.
Pemijaran
Memakai api gas dengan nyala
api tidak berwarna atau api dari lampu spirtus. Cara ini sangat sederhana, cepat
dan menjamin sterilitas bahan / alat yang disterilkan, sayang penggunaannya
hanya terbatas untuk beberapa alat / bahan saja.
Syarat : seluruh permukaan
alat harus berhubungan langsung dengan api selama tidak kurang dari 20 detik.
Yang dapat disterilkan:
Benda-benda logam (pinset,
penjepit, krus), gelas / porselin (sudip, batang pengaduk, kaca arloji, tabung
reaksi, mulut wadah, erlementer, botol). Mortir dan stampler disiram dengan
alkohol mutlak kemudian dibakar. Bahan obat (ZnO, NaCl, Talk)
2. Sterilisasi dengan pemanasan secara basah
Ciri-ciri pemanasan basah
1.
yang
dipanaskan adalah air menjadi uap air.
2.
proses
pembunuhan mikroba berdasarkan koagulasi / penggumpalan zat putih telur dari
mikroba tersebut.
3.
waktu
yang diperlukan lebih singkat, kira-kira 30 menit.
4.
suhu
yang diperlukan lebih rendah, maksimal 116º (dalam otoklaf). Satu gram uap air
100º jika mengembun menjadi 100º membebaskan 536 kalori.
5.
digunakan
pada sediaan injeksi dengan pembawa berair.
Contoh:
a. Sterilisasi uap
Menurut Fl.ed.. IV
Adalah proses sterilisasi
thermal yang menggunakan uap jenuh dibawah tekanan selama 15 menit pada suhu
121o. Kecuali dinyatakan lain, berlangsung di suatu bejana yang
disebut otoklaf, dan mungkin merupakan uap air beserta krannya, termometer,
pengatur tekanan udara, klep pengaman.
Cara bekerja :
1.
Tuangkan
air suling secukupnya ke dalam tubuh sterilisator.
2.
Taruhlah
bahan-bahan yang akan disterilkan di dalam sterilisator
3.
Tutup
sterilisator, kencangkan setiap dua mur yang letaknya berlawanan secara
serentak.
4.
Bukalah
pengatur klep pengaman. Pasanglah pamanasnya.
5.
Bila
uap air mulai keluar dengan deras, tutuplah klep pengaman dengan cara mendorong
pengaturnya ke bawah sehingga posisinya mendatar, tekanan di dalam sterilisator
akan naik dan dapat dibaca pada alat pengukur tekanan.
6.
Sterilkan
bahan-bahan dengna cara mempertahankan tekanan 1 atm selama waktu yang
ditentukan.
7.
Pada
akhir proses, matikan pemanasan dan tunggulah sampai tekanan kembali nol.
8.
Bila
alat pengukur tekanan telah menunjukkan angka nol dan suhu telah turun sampai
jauh di bawah 100o C, bukalah pengatur klep pengaman dengan cara
meluruskannya untuk mengeluarkan sisa uap yang tertinggal di dalam. Kendurkan
mur, lepaskan baut-bautnya, putar tutupnya dan angkat.
9.
Setelah
selesai menggunakan sterilisator, buanglah air yang tersisa di dalamnya dan
keringkan baik-baik semua bagiannya.
b. Direbus dalam air mendidih
Lama penyeterilan dihitung
sejak air mulai mendidih. Spora tidak dapat mati dengan cara ini. Penambahan
bakterisida (fenol 5 %, lisol 2-3 %) dapat mempersingkat waktu penyeterilan.
Beberapa alat kedokteran dapat disterilkan dengan cara ini.
c. Tyndalisasi / Pasteurisasi
Digunakan pada bahan obat yang
tidak tahan pemanasan tinggi dan tidak dapat disaring dengan penyaring bakteri
(emulsi, suspensi)
Caranya :
-
Panaskan
pada suhu 70o-80o selama 40-60 menit, untuk mematikan
mikroba bentuk vegetatifnya
-
Diamkan
pada suhu 30o selama 24 jam, untuk membiarkan mikroba bentuk spora
berubah menjadi bentuk vegetatif.
-
Ulangi
pemanasan selama 3-5 hari berturut-turut.
d. Dengan uap air pada shu 100o
Alat : Semacam dandang. Alat
yang akan disterilkan harus dimasukkan setelah mendidih dan kelihatan uapnya
keluar.
Keuntungan : uap air yang
mempunyai daya bakterisida lebih besar jika dibanding dengan pemanasan kering
karena mudah menembus dinding sel mikroba dan akan menggumpalkan zat putih
telurnya.
3. Sterilisasi dengan penambahan zat-zat tertentu
Zat-zat yang ditambahkan dapat
berfungsi sebagai :
1.
Penyuci
hama (desinfektan) :
Suatu zat anti mikroba yang
digunakan untuk berbagai peralatan kedokteran / instrumen / barang / benda
dengan tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi pada manusia, dapat mematikan
mikroba patogen, jadi mencegah infeksi (germisida), mematikan bakteri
(bakterisida), mematikan fungi / cendawan / jamur (fungisida).
2.
Antiseptika
:
Suatu zat anti mikroba yang
biasa digunakan secara topikal / lokal pada tubuh manusia; dapat mencegah
pembiakan bakteri.
Bakteriostatika : mencegah
pertumbuhan fungi / cendawan / jamur
Zat pengawet : mencegah
pertumbuhan bakteri dan cendawan dalam makanan atau minuman.
3.
Antibiotik
:
Segolongan zat yang dihasilkan
oleh cendawan atau bakteri yang dapat menentang / mematikan cendawan atau
bakteri lain.
Contoh :
1.
Untuk
bahan obat,
Sterilisasi dapat dilakukan
dengan penambahan bakterisida, Fl.ed.III (cara B).
Sediaan dibuat dengan
melarutkan atau mensuspensikan bahan obat dalam larutan klorokresol P 0,2 % b/v
dalam air untuk injeksi, atau dalam larutan bakterisida yang cocok dalam air
untuk injeksi.
Isikan ke dalam wadah,
kemudian ditutup kedap. Jika volume dalam tiap wadah tidak lebih dari 30 ml,
panaskan pada suhu 98o sampai 100o selama 30 menit. Jika
volume dalam tiap wadah lebih dari 30 ml, waktu sterilisasi diperpanjang hingga
seluruh isi tiap wadah berada pada suhu 98o sampai 100o
selama 30 menit. Cara ini tidak dapat digunakan untuk sterilisasi injeksi dosis
tunggal secara intravena, injeksi intratekal / intrasisternal / peridural.
2.
Untuk
alat-alat
Sterilisasi dapat dilakukan
menggunakan zat-zat : alkohol-alkohol, kresol, fenol, formaldehida, garam raksa
organik / anorganik, amonium kwartener.
Caranya :
Alat yang disterilkan direndam
dalam larutan bakterisida, untuk logam tambahkan zat yang dapat mencegah
perkaratan (Natrium nitrat, Natrium borat). Didihkan selama 20 menit bersama
dengan Natrium karbonat 1-2 % sefirol 1 % fenol 5 %, lisol 2 %.
3.
Untuk
ruangan
Sterilisasi dapat dilakukan
dengan cara :
Disemprot dengan larutan
bakterisida kemudian didiamkan beberapa waktu. Udara diisap dan diganti dengan
udara yang sudah steril (dilewatkan melalui penyaring udara).
Zat yang digunakan :
-
uap formaldehida
-
Campuran
1 bagian etilen oksida dan 9 bagian gas karbondioksida (CO2) , dapat
dipanaskan hingga suhu 60o. Jika hanya etilen oksida saja dengan
udara akan mudah terbakar atau meledak.
4. Sterilisasi dengan cara penyinaran
a. Menurut Fl.ed.IV Sterilisasi dengan radiasi ion
Ada 2 jenis radiasi ion yang
digunakan yaitu disintegrasi radioaktif dari radioisotop (radiasi gamma) dan
radiasi berkas elektron. Pada kedua jenis ini, dosis yang menghasilkan derajat
jaminan sterilitas yang diperlukan harus ditetapkan sedemikian rupa hingga
dalam rentang satuan dosis minimum dan maksimum, sifat bahan yang disterilkan
dapat diterima.
Walaupun berdasarkan
pengalaman dipilih dosis 2,5 megarad (Mrad) radiasi yang diserap, tetapi dalam
beberapa hal, diinginkan dan dapat diterima penggunaan dosis yang lebih rendah
untuk peralatan, bahan obat dan bentuk sediaan akhir.
Untuk mengukur serapan radiasi
dapat menggunakan alat Dosimeter kimia.
Cara ini dilakukan jika bahan
yang disterilkan tidak tahan terhadap sterilisasi panas dan khawatir tentang
keamanan etilen oksida. Keunggulan sterilisasi ini adalah raktivitas kimia
rendah, residu rendah yang dapat diukur serta variabel yang dikendalikan lebih
sedikit.
b. Dengan sinar ultra violet (u.v)
Pada gelombang 200-2600 Ao
dapat membunuh mikroba patogen, spora, virus, jamur, ragi, bekerja efektif jika
langsung menyinari bahan yang disterilkan. Digunakan untuk mensterilkan
ruangan; udara, obat suntik. Pekerja perlu dilindungi dari sinar u.v karena
dapat mempengaruhi kulit dan mata. Perlu kaca mata pelindung.
c. Dengan sinar gamma
Digunakan isotop radio aktif,
misalnya cobalt 60
d. Dengan sinar X dan sinar Katoda
Sinar X dan elektron-elektron
dengan intensitas tinggi mempunyai sifat dapat mematikan mikroba.
Yang disterilkan :
Penisilin-Na, Stereptomycin sulfat, Hidrolisat protein, Hormon pituitarium
5. Sterilisasi dengan penyaring bakteri steril
Menurut Fl edisi IV.
Sterilisasi larutan yang labil
terhadap panas sering dilakukan dengan penyaringan menggunakan bahan yang dapat
menahan mikroba, hingga mikroba yang dikandungnya dapat dipisahkan secara
fisika.
Perangkat penyaring umumnya
terdiri dari suatu matriks berpori bertutup kedap atau dirangkaikan pada wadah
yang tidak permeable.
Efektivitas penyaring media
atau penyaring subtrat tergantung pada ukuran pori matriks, daya adsorpsi
bakteri dari matriks dan mekanisme pengayakan.
Penyaring yang melepas serat,
terutama yang mengandung asbes harus dihindari penggunaannya kecuali tidak ada
penyaringan alternatif lain yang mungkin bisa digunakan.
Ukuran porositas minimal
membran matriks tersebut berkisar 0,2-0,45 µm tergantung pada bakteri apa yang
hendak disaring.
Penyaring yang tersedia saat
ini adalah selulosa asetat, selulosa nitrat, flourokarbonat, polimer akrilik,
polikarbonat, poliester, polivinil klorida, vinil nilon, potef dan juga membran
logam.
Menurut Fl edisi III. (Cara C)
Larutan disaring melalui
penyaring bakteri steril, diisikan ke dalam wadah steril, kemudian ditutup
kedap menurut teknik aseptik.
Keuntungan cara ini :
1.
Digunakan
untuk bahan obat yang tidak tahan pemanasan tetapi larut dalam air.
2.
Dapat
dilakukan dengan cepat, terutama untuk pembuatan kecil-kecilan.
3.
Semua
mikroba hidup atau mati dapat disaring dari larutan, virus jumlahnya dikurangi
4.
Penyaring
dapat bersifat adsorpsi, sebagian besar virus dapat diadsorpsi.
Kerugian cara ini :
1.
Masih
diperlukan zat bakterisida
2.
Hanya
dapat digunakan untuk pembawa berair, tidak dapat digunakan untuk pembawa
minyak
3.
Beberapa
jenis penyaring dapat mengadsorpsi bahan obat, terutama kalau kadarnya kecil.
4.
Beberapa
penyaring sukar dicuci : porselin, Keiselguhr
5.
Beberapa
penyaring bersifat alkalis (Seitz filter) dan penyaring dari asbes melepaskan
asbes ke dalam larutan.
6.
Filtrat
yang diperoleh belum bebas dari virus.
Cara-cara menyaring :
Ada 2 cara untuk menyaring, yaitu :
1.
Dengan
tekanan positip : larutan dalam penyaring ditekan dengan tekanan yang lebih
besar dari udara luar.
2.
Dengan
tekanan negatip : larutan dalam penyaring diisap (penampung divakumkan).
Udara yang dipakai untuk itu
harus udara bersih, biasanya digunakan gas nitrogen (N2) yang
dialirkan melalui kapas berlemak dalam tabung gelas atau platina yang
dipanaskan.
Pembersihan penyaring bakteri :
1.
Dengan
menyedot air bersih berlawanan dengan cara penyaringan atau larutan HCl panas
lalu dibilas
2.
Memasak
dalam larutan Na-karbonat 2 % lalu dibilas (protein akan hancur karena pH 8,5)
3.
Penyaring
bakteri disterilkan dengan cara pemanasan kering, pemijaran, otoklaf atau
secara kimiawi.
6. Sterilisasi dengan gas
Bahan aktif yang digunakan
adalah gas etilen oksida yang dinetralkan dengan gas inert, tetapi keburukan
gas etilen oksida ini adalah sangat mudah terbakar, bersifat mutagenik,
kemungkinan meninggalkan residu toksik di dalam bahan yang disterilkan,
terutama yang mengandung ion klorida.
Pemilihan untuk menggunakan
sterilisasi gas ini sebagai alternatif dari sterilisasi termal, jika bahan yang
akan disterilkan tidak tahan terhadap suhu tinggi pada sterilisasi uap atau
panas kering.
Proses sterilisasinya
berlangsung di dalam bejana bertekanan yang didesain seperti pada otoklaf
dengan modifikasi tertentu. Salah satu keterbatasan utama dari proses
sterilisasi dengan gas etilen oksida adalah terbatasnya kemampuan gas tersebut
untuk berdifusi sampai ke daerah yang paling dalam dari produk yang
disterilkan.
7. Sterilisasi dengan cara aseptik
Teknik Aseptis adalah teknik
yang dapat memperkecil kemungkinan terjadi cemaran / kontaminasi dengan mikroba
hingga seminimal mungkin dari bahan yang sudah steril. Digunakan untuk bahan
obat yang tidak dapat disterilkan dengan cara pemanasan atau dengan cara
penyaringan.
Proses ini untuk mencegah
masuknya mikroba hidup ke dalam komponen steril atau komponen yang melewati
proses antara yang mengakibatkan produk setengah jadi atau produk ruahan atau
komponennya bebas dari mikroba hidup.
Caranya :
Bahan obat : memenuhi syarat p.i, tidak
disterilkan
Zat pembawa : disterilkan tersendiri dahulu
Zat pembantu : disterilkan tersendiri
Alat-alat : disterilkan dengan cara yang cocok
Ruang kerja : bersih, bebas debu, dan bebas angin,
disterilkan dengan
sinar u.v atau cara lain yang sesuai
sinar u.v atau cara lain yang sesuai
Bahan obat, zat pembawa, zat
pembantu dicampur secara aseptik dalam ruang aseptik hingga terbentuk obat /
larutan injeksi dan dimasukkan ke dalam wadah secara aseptik.
SEDIAAN STERIL
Untuk sediaan luar mata,
hidung, telinga
Ex. Collyrium, Optraex, HgCl2 disaring, ditambah 10 %
Etiket mencantumkan masa
penggunaan setelah tutup dibuka
Sediaan untuk mata dengan penambahan pengawet
: setelah dibuka 7 hari
Tanpa penambahan pengawet : setelah dibuka 1 hari
-
jumlah
kecil dilebihkan 20 %
-
jumlah
besar dilebihkan
Pengerjaan
dengan teknis aseptik
Sediaan
isotonis : NaCl 0,9 % b/v
Mata masih
bisa menahan 0, 6 – 2,0 % b/v
Air mata normal memiliki pH
7,4 secara ideal obat tetes mata memiliki pH seperti pada air mata, tetapi
karena beberapa bahan obat tidak stabil (tidak larut / rusak / mengendap) pada
pH tersebut maka sebaiknya obat tetes mata didapar pada pH sedekat mungkin
dengan pH air mata supaya tidak terlalu merangsang mata.
Pada larutan yang digunakan
pada mata, terlebih pada mata yang luka, sterilitas merupakan hal yang paling
penting, untuk mencegah terjadinya infeksi lebih lanjut.
c.
Pengawet
Wadah larutan obat mata harus
tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas pada pemakaian pertama.
Larutan harus mengandung zat atau campuran zat yang sesuai untuk mencegah
pertumbuhan atau memusnahkan bakteri yang mungkin masuk pada waktu wadah dibuka
pada saat digunakan.
Pengawet yan dianjurkan :
-
nipagin
dan nipasol
-
fenil
merkuri nitrat, timerosol
-
benzalkonium
klorid
-
klorbutanol,
fenil etil alkohol
Untuk penggunaan pada
pembedahan, selain steril larutan obat mata tidak boleh mengandung
antibakteri (bakterisid) karena dapat menimbulkan iritasi pada jaringan mata.
d.
Pengental
Ditambahkan untuk meningkatkan
kekentalan sehingga obat lebih lama kontak dengan jaringan. Larutan obat mata
yang dikentalkan harus bebas dari partikel yang dapat terlihat. Contoh : metil
selulosa, hidroksi propil selulosa, polivinil alcohol.
Cara pembuatan obat tetes mata
a.
Obat
dilarutkan kedalam salah satu zat pembawa yang mengandung salah satu zat
pengawet, dijernihkan dengan cara penyaringan, masukkan kedalam wadah, tutup
wadah dan sterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 115-116o C selama
30 menit.
b.
Obat
dilarutkan kedalam cairan pembawa berair yang mengandung salah satu zat
pengawet dan disterilkan menggunakan bakteri filter masukkan kedalam wadah
secara tehnik aseptis dan tutup rapat.
c.
Obat
dilarutkan kedalam cairan pembawa berair yang mengandugn salah satu zat
pengawet, dijernihkan dengan cara penyaringan, masukkan kedalam wadah, tutup
rapat dan sterilkan dengan penambahan bakterisid, dipanaskan pada suhu 98-100o
C selama 30 menit.
3. Oculentum (Unguenta Opthalmica / Salep Mata)
Salep mata adalah salep steril
yang digunakan pada mata.
Pada pembuatannya bahan obat
ditambahkan sebagai larutan steril atau serbuk steril termikronisasi pada dasar
salep steril, hasil akhir dimasukkan secara aseptik ke dalam tube steril. Bahan
obat dan dasar salep disterilkan dengan cara yang cocok. Tube disterilkan dalam
autoklaf pada suhu 115o-116o C, selama tidak kurang dari
30 menit.
Sebagai dasar salep sering
digunakan dasar salep Oculentum simplex.
Basis salep mata yang lain adalah campuran Carbowax 400
dan Carbowax 4000 sama banyak.
Persyaratan salep mata :
1.
Salep
mata harus mengandung bahan atau campuran bahan yang sesuai untuk mencegah
pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang mungkin masuk secara tidak sengaja
bila wadah dibuka pada waktu penggunaan.
2.
Bahan
obat yang ditambahkan ke dalam dasar salep berbentuk larutan atau serbuk halus
3.
Harus
bebas dari partikel kasar dan memenuhi syarat kebocoran dan partikel logam pada
uji salep mata.
4.
Wadah
harus steril, baik pada waktu pengisian maupun penutupan dan wadah harus
tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas pada pemakaian pertama.
Penyimpanan salep mata adalah
dalam tube steril dan ditempat sejuk, dan pada etiket harus tertera ”Salep
mata”.
Oculentum
Simplex
R/ Cetyl alkohol 2,5
Adeps lanae 6
Vaselini 51,5
Paraffin liq 100